Cara Memilih Hari Baik Menurut Tradisi di Bali

Daftar Isi
Cara memilih hari baik menurut tradisi di bali

Cara memilih hari baik menurut tradisi di bali didasarkan pada perhitungan wariga dan dewasa. adapun perhitungannya lumayan rumit, sehingga jarang masyarakat bali yang hafal cara menggunakan wariga dan dewasa tersebut. tapi untunglah, dengan kelihaian seseorang dalam perhitungan wariga dan dewasa beliau menyusun wariga yang dimodifikasi kalender internasional yang kemudian dikenal dengan kalender bali yang sering dipakai masyarakat bali saat ini. orang tersebut adalah (alm.) Bambang Gde Rawi, kelahiran desa cemengon, yang penyusunan kalender tersebut diwariskan kepada keluarga beliau.
dalam setiap bulannya, kalender bali umumnya terdiriatas beberapa bagian penting, diantaranya;
  1. Bagian kepala; yang berisi Nama Bulan dan Tahun (seperti normalnya kalender internasional) 
  2. Badannya; berisikan tanggalan (seperti kalender internasional) dan beberapa tanda, diantaranya; Titik merah artinya Bulan Purnama, Titik Hitam artinya Bulan Tilem/Mati; lingkaran merah artinya hari raya besar agama hindu dan tanggal merah untuk hari libur nasional. 
  3. Bagian lengan kanan; berisikan daftar istilah wariga berdasarkan tanggal, yang berisikan juga keterangan hari-hari baik melakukan kegiatan/usaha/yadnya. 
  4. Bagian lengan kiri; berisikan nama-nama hari 
  5. Bagian kaki; berisikan daftar hari raya agama, daftar Odalan/upacara pura-pura besar di bali serta beberapa hari baik lainya.
Dengan adanya kalender bali tersebut, orang bali tidak akan susah untuk menentukan hari baik berdasarkan wariga dan dewasa ayu. tetapi apabila ingin mempelajari secara manual, tentu ada rumus baku untuk wariga tersebut. dibawah ini akan diberikan sekilas perhitungannya, dan bila ingin mendalaminya tentu memerlukan materi yang lebih mendalam. dibawah ini hanya kulit luarnya saja, tapi sudah bisa digunakan untuk kegiatan sehari – hari. adapun cara mempelajarinya adalah sebagai berikut;

PEDEWASAN,
mula – mulanya dapat dibagi dua bagian antara lain;
Pedewasan Sehari – hari yang hanya berdasarkan perhitungan;
  1. Pawukon (Ingkel, Rangda Tiga, Tanpa Guru, Was Penganten dll) 
  2. Tri wara (Pasah untuk memisahkan, Beteng untuk mempertemukan, Kajeng untuk wasiat) 
  3. Sapta wara (Soma/senin, Budha/rabu dan Sukra/jumat, yang lainya termasuk kurang baik) 
  4. Sanga wara ( yang terbaik adalah Tulus dan Dadi) 
  5. Dauh Inti, berlaku pada waktu/jam tertentu saja, dari jam sekian sampai dengan sekian saja.
Pedewasan Inti berdasarkan Perhitungan yang terperinci, antara lain; Ayu nulus, Dauh ayu, Ayu badra, Mertha yoga, Mertha masa, Mertha dewa, Mertha danta, Sedana yoga, Subacara, Dewa ngelayang, dengan tidak melupakan hal – hal yang tersebut diatas serta dihubungkan dengan baiknya SASIH dan Penanggal.

Selanjutnya mari kita ikuti perumusan – perumusan berikutnya;
  1. Urip Panca wara; Umanis (5), Pahing (9), Pon (7), Wage (4), Kliwon (8). 
  2. Urip Sapta wara; Redite/Minggu (5), Soma/Senin (4), Anggara/Selasa (3), Budha/Rabu (7), Wraspati/Kamis (8), Sukra/Jumat (6), Saniscara/Sabtu (9). 
  3. Bilangan Sapta wara; Redite (0), Soma (1), Anggara (2), Budha (3), Wraspati (4), Sukra (5), Saniscara (6). 
  4. Bilangan Wuku; Sita (1), landep (2), ukir (3), kilantir (4), taulu (5), gumbreg (6), wariga (7), warigadean (8), julungwangi (9), sungsang (10), dunggulan (11), kuningan (12), langkir (13), medangsia (14), pujut (15), Pahang (16), krulut (17), merakih (18), tambir (19), medangkungan (20), matal (21), uye (22), menial (23), prangbakat (24), bala (25), ugu (26), wayang (27), klawu (28), dukut (29) dan watugunung (30).
RUMUS PERHITUNGAN WARIGA

Ingkel (pantangan) mulai dari Redite/Minggu dan berakhir pada Saniscara/Sabtu (7 hari).
bilangan wuku dibagi 6, sisa;

    = Wong / yang berhubungan dengan Manusia.
    = Sato / yang berhubungan dengan Hewan.
    = Mina / yang berhubungan dengan Ikan.
    = Manuk / yang berhubungan dengan Burung/Unggas.
    = Taru / yang berhubungan dengan Tumbuhan Berkayu.
    = Buku / yang berhubungan dengan Tumbuhan Berbuku.

Eka Wara ; Urip Pancawara + Urip Saptawara = Ganjil = Luang (tunggal/padat)

Dwi Wara ; Urip Pancawara + Urip Saptawara =

    Genap = menga (terbuka).
    Ganjil = pepet (tertutup)

Tri Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 3 = sisa

    = Pasah (ditujukan kepada Dewa)
    = Beteng (ditujukan kepada Dewa)
    = Kajeng (ditujukan kepada Bhuta)

Catur Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 4 = sisa

    = Sri (makmur)
    = Laba (pemberian/imbalan)
    = Jaya (unggul)
    = Menala (sekitar daerah)

dari Redite Sinta sampai dengan Redite Dunggulan + 2, Soma Dunggulan + 1, sebelum dibagi. ini disebabkan adanya Jaya Tiga pada Wuku Dunggulan berturut – turut dari redite, selanjutnya rumus berlaku seperti biasa.

Panca Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 5 = sisa

    = Umanis (penggerak)
    = Paing (pencipta)
    = Pon (penguasa)
    = Wage (pemelihara)
    = Kliwon (pemusnah/pelebur)

Sad Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 6 = sisa

    = Tungleh (tak kekal)
    = Ariang (kurus)
    = Urukung (punah)
    = Paniron (gemuk)
    = Was (kuat)
    = Maulu (membiak)

jejepan ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 6 = sisa

    = Mina (ikan)
    = Taru (kayu)
    = Sato (hewan)
    = Patra (tumbuhan merambat/menjalar)
    = Wong (manusia)
    = Paksi (burung/unggas)

Astha Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 8 = sisa

    = Sri (makmur)
    = Indra (indah)
    = Guru (tuntunan)
    = Yama (adil)
    = Ludra (peleburan)
    = Brahma (pencipta)
    = Kala (nilai)
    = Uma (pemelihara)

dari Redite Sinta sampai Redite Dunggulan + 2, Soma Dunggulan +1, sebelum dibagi. selanjutnya rumus berlaku sebagai biasa.

Sanga Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 9 = sisa

    = Dangu (antara terang dan gelap)
    = Jangur (antara jadi dan batal)
    = Gigis (sederhana)
    = Nohan (gembira)
    = Ogan (bingung)
    = Erangan (dendam)
    = Urungan (batal)
    = Tulus (langsung)
    = Dadi (jadi)

dari Redite Sinta sampai Redite Dunggulan + 2, Soma Dunggulan +1, sebelum dibagi. selanjutnya rumus berlaku sebagai biasa.

Dasa Wara ; (urip Pancawara + Urip Saptawara yang dicari + 1) : 10 = sisa

    = Pandita (bijaksana)
    = Pati (dinamis)
    = Suka (periang)
    = Duka (jiwa seni / mudah tersinggung)
    = Sri (kewanitaan)
    = Manuh (taat / menurut)
    = Manusa (sosial)
    = Eraja (kepemimpinan)
    = Dewa (berbudi luhur)
    = Raksasa (keras)

Dasawara berarti watak agung (karakter)

Watek Madia ; (urip Pancawara + Urip Saptawara yang dicari) : 5 = sisa

    = Gajah (besar) - hewan
    = Watu (kebal) - keras
    = Bhuta (tak nampak) - jerat
    = Suku (berkaki) - meja
    = Wong (orang) – pembantu

Watek Alit ; (urip Pancawara + Urip Saptawara yang dicari) : 4 = sisa

    = Uler (beranak banyak)
    = Gajah (besar)
    = Lembu (kuat)
    = Lintah (kurus)

Tanpa Guru ; dalam satu WUKU tidak terdapat GURU (Astha Wara), yang artinya tidak baik untuk memulai suatu usaha terutama mulai belajar.

Was Penganten ; dalam satu WUKU terdapat dua WAS (Sad Wara), baik untuk membuat benda tajam, tembok, pagar dan membuat pertemuan.

Semut Sadulur ; Urip Pancawara + Urip Sapthawara = 13 dan berturut – turut tiga kali, pantangan untuk atiwa – tiwa (menguburkan mayat). tetapai sangat baik untuk membentuk organisasi.

Kala Gotongan ; Urip Pancawara + Urip Sapthawara = 14 dan berturut – turut tiga kali, pantangan untuk atiwa – tiwa (menguburkan mayat). tetapai sangat baik untuk memulai suatu usaha.

Mitra satruning Dina (segala usaha/acara penting)
(Urip Saptawara + Pancawara Kelahiran) + (Urip Saptawara + Pancawara memulai Usaha/acara) = sisa
    = Guru (tertuntun)
    = Ratu (dikuasai)
    = Lara (terhalang)
    = Pati (batal)

Sumber : cakepane.blogspot.com